Minggu, 19 Juni 2011

..Mencintai Alam. Jangan Berbuat Kerusakan di Muka Bumi..


gunung
Sesungguhnya Allah SWT menciptakan Langit dan Bumi beserta seluruh isinya sebagai hadiah/rahmat bagi ummat manusia.
“Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.”  [Al Jaatsiyah 13]
Allah memberikan kita air untuk minum dan juga bermacam-macam buah-buahan untuk dimakan.
“Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.” [Ibrahim 32]
“Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam, dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun- susun, untuk menjadi rezki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering). Seperti itulah terjadinya kebangkitan.” [Qaaf 9-11]
“Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” [Al An'aam 141]
Berbagai tanaman bukan hanya memberi kita makanan, tapi juga udara yang segar dan bermacam-macam obat-obatan.
Allah juga memberi kita binatang ternak yang bisa kita makan dan kendarai.
ternak
“Dan di antara hewan ternak itu ada yang dijadikan untuk pengangkutan dan ada yang untuk disembelih. Makanlah dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”  [Al An'aam 142]
Allah memberi kita laut dan sungai yang mengandung berbagai binatang air/ikan untuk kita makan.
IKAN
“Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.” [An Nahl 14]
Allah telah memberi kita alam berupa air, udara, laut, sungai, tanah dan sebagainya yang bisa kita makan.
“Katakanlah: “Siapakan yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?” Katakanlah: “Allah”, dan sesungguhnya kami atau kamu (orang-orang musyrik), pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata.” [Saba' 24]
Allah memerintahkan kita juga untuk makan rezeki yang halal dan baik serta bersyukur kepada Allah dan menyembahnya.
“Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.” [An Nahl 114]
Jika alam ini baik, niscaya kita bisa mendapat makanan dan minuman yang baik dan sehat untuk kita. Tapi jika alam ini kotor atau rusak, niscaya kita sulit untuk mendapatkan makanan dan minuman tersebut.
Oleh karena itu, Allah memerintahkan kita untuk tidak berbuat kerusakan di muka bumi.
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah Allah memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” [Al A'raaf 56]
UDANGSungai-sungai yang bersih seperti di Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, dan Papua memberikan banyak makanan kepada penduduknya berupa ikan, udang segar, atau bintang airnya untuk di makan. Berbagai ikan seperti ikan Arowana, ikan Mas, Mujair, Sepat, Gabus, Udang Besar, bahkan mamalia air seperti Pesut Mahakam ada di sungai yang bersih airnya.
Sebetulnya tidak perlu ada rakyat miskin yang kelaparan jika sungainya bersih karena mereka bisa memakan binatang atau pun tanaman yang hidup di sungai tersebut.
Namun manusia merusaknya dengan membuang berbagai kotoran/limbah dari rumah dan pabrik-pabrik sehingga sungainya kotor dan bau seperti Kali Ancol, Kali Sunter, Kali Ciliwung,dan sebagainya. Di kali Ancol, orang yang mencoba berenang di situ bisa gatal-gatal kulitnya dan mati karena bau dan kotornya. Tidak ada ikan atau udang yang bisa hidup di sana kecuali paling ikan Sapu-sapu yang banyak orang tidak mau memakannya karena jijik.
Nabi melarang kita membunuh manusia yang tidak bersalah atau pun menebang pohon semena-mena.
Hadis riwayat Abu Syuraih Al-Adawi ra.:
Dalam satu hadits yang panjang Nabi bersabda: Sesungguhnya kota Mekah diharamkan oleh Allah dan bukan manusia yang mengharamkannya. Maka tidak halal bagi orang yang beriman kepada Allah dan hari kiamat menumpahkan darah dan menebang pohon di sana. ..Hendaklah orang yang hadir menyaksikan menyampaikan kepada orang yang tidak hadir!. (Shahih Muslim No.2413)
Pohon mampu menurunkan suhu yang panas dari sinar matahari hingga 100 celsius dengan cara menghalangi sinar matahari hingga tidak menimpa langsung ke tubuh kita. Sayang manusia dengan berbagai alasan seperti takut kotor atau tidak mau keindahan gedungnya terhalang pohon, akhirnya menebang pohon. Akibatnya pemanasan global (Global Warming) pun makin menjadi-jadi. Bahkan di puncak pun seperti Taman Bunga yang hanya menanam bunga kecil-kecil dengan sedikit pohon yang rindang atau Kebun Teh, udara jadi serasa panas karena tidak ada pohon yang teduh menaungi badan kita.
Pohon juga memberikan oksigen/udara bersih untuk kita bernapas. Dengan banyaknya penebangan pohon di Jakarta karena pembangunan Mal dan Gedung Perkantoran atau pelebaran jalan, maka oksigen yang dikeluarkan pohon berkurang. Sementara asap kendaraan atau pun pabrik di Jabodetabek terus bertambah sehingga saat ini Jakarta merupakan kota dengan udara terkotor ketiga di dunia! Banyak orang termasuk anak-anak menderita batuk atau penyakit pernafasan lain secara kronis atau berulang-kali. Jakarta dalam jangka waktu dekat bisa jadi kota mati!
Berkali-kali Allah melarang kita untuk tidak berbuat kerusakan di muka bumi dan memberi azab berupa bencana alam sebagai siksanya. Contohnya penduduk Madyan diberi azab gempa karena membangkang:
“Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan, saudara mereka Syu’aib, maka ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah olehmu Allah, harapkanlah (pahala) hari akhir, dan jangan kamu berkeliaran di muka bumi berbuat kerusakan.”
Maka mereka mendustakan Syu’aib, lalu mereka ditimpa gempa yang dahsyat, dan jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat-tempat tinggal mereka.” [ Al 'Ankabuut 36-37]
Meski Allah melarang ummat Islam untuk membuka aurat di depan umum, sayangnya banyak Muslimah yang membuka auratnya. Alasannya demi “Tuntutan Skenario” atau agar bisa mengikuti kontes “Puteri Indonesia” atau “Ratu Dunia.” Di kontes “Puteri Indonesia”, banyak muslimah yang dipaksa untuk melepas jilbabnya. Bahkan jika mereka lolos dan mengikuti kontes “Ratu Dunia”, mereka diharuskan berpakaian renang di depan umum!
Di antaranya adalah 2 finalisnya dari Minangkabau dan Aceh Nangroe Darussalam pada kontes Puteri Indonesia Oktober 2009. Padahal 2 daerah tersebut baru saja dilanda bencana besar berupa Tsunami Aceh tahun 2004 yang menewaskan 200 ribu orang dan Gempa Padang 30 September 2009 yang menewaskan 1.100 orang lebih! Allah memerintahkan para Muslimah untuk menutup aurat dan memakai jilbab di tempat umum. Namun mereka membukanya. Adakah mereka tidak takut akan siksa Allah yang sangat pedih? Mereka lebih memilih mematuhi perintah manusia ketimbang perintah Allah.
Di Indonesia ada pertemuan 4 lempeng tektonik raksasa yaitu: Eurasia, Indo-Australia, Filipina, dan Karolina. Gunung-gunung berapi pun menyebar di sepanjang pertemuan lempeng itu seperti gunung Kerinci, Gunung Krakatau, Gunung Gede, Gunung Pangrango, Gunung Merapi, Gunung Agung, Gunung Tambora, dan sebagainya. Setiap 2 menit, lempeng tersebut bertumbukan. Namun Allah-lah yang menahan sehingga gempa besar tidak terjadi setiap 2 menit. Allah bisa saja membiarkan tumbukan tersebut menjadi besar dan berakibat fatal bagi manusia sehingga terjadi gempa besar yang mematikan seperti Gempa Yogya yang menewaskan 5000 orang atau pun gempa Padang.
Saya ingat betul sebelum gempa Yogya terjadi bagaimana Sri Sultan bersama istrinya diberitakan media massa menentang mati-matian RUU Anti Pornografi. Timbul kesan di hati saya Sri Sultan dan Istrinya tidak ingin kemaksiatan seperti Pornografi atau perzinahan dilarang oleh pemerintah. Bagaimana Allah tidak marah jika ada orang yang ingin kemaksiatan berjalan dengan bebas?
Malaysia berani mengusir Inul karena menganggap goyang “ngebor”nya Inul terlalu jorok dan tidak sesuai dengan ajaran Islam. Namun seorang Menteri yang berafiliasi dengan satu partai yang “berbau” Islam justru marah-marah karenanya. Di Indonesia berbagai goyang dangdut yang mesum dan jorok merajalela di TV, acara perkawinan, hingga kampanye pemilu partai politik. Bagaimanakah kita bisa mengharap Allah tidak menurunkan azabnya jika kemaksiatan terus berlangsung?
Allah melarang kita merusak tanaman dan juga binatang.
“Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan. [Al Baqarah 205]
Berapa banyak tanaman yang punah karena di tebang manusia? Padahal tanaman tersebut selain memberikan oksigen dan naungan bagi manusia juga memberikan makanan dan obat?
Berapa banyak binatang yang punah karena dibunuh manusia? Baik sengaja atau pun tidak sengaja seperti berbagai ikan segar yang kini sudah tidak ada lagi di banyak sungai di Jawa karena dikotori oleh manusia.
Begitu banyak Allah memberi kita nikmat berupa alam, flora, dan fauna sehingga Allah melarang kita merusaknya [Al A'raaf 74 dan Al Baqarah 60]
Allah juga memerintahkan kita untuk menyempurnakan takaran dan timbangan dan melarang kita mengurangi takaran dan timbangan:
“Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan saudara mereka, Syu’aib. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman.” [Al A'raaf 85]
Di Arab Saudi, takaran dan timbangan nyaris tidak berubah. Ketika tahun 1983 saya ke sana, harga satu minuman kaleng hanya 1 real. Ternyata sekarang pun harganya tetap sama. Bukan hanya minuman kaleng yang harganya tetap, tapi sajadah, kurma, bensin, dan sebagainya harganya tetap sama di dalam real. Akibatnya rakyatnya makmur dan bisa membangun rumah dan mobil yang kuat, aman, dan nyaman. Meski gaji tidak naik, namun mereka tetap bisa membeli barang dalam takaran dan timbangan yang sama.
Sebaliknya di Indonesia orang gemar mengurangi takaran dan timbangan. Istilah umum yang kita kenal adalah kenaikan barang/gaji. Pemerintah berulang-kali menaikan harga barang seperti BBM (tahun 2004 hanya Rp 1.800/ltr tahun 2009 jadi Rp 4.500/ltr), listrik, LPG, tarif Tol, dan sebagainya. Bahkan khusus tarif Tol, dibuat UU yang menentukan tarif Tol naik setiap 2 tahun sekali meski harusnya mereka sudah mencapai titik impas (BEP) sehingga harusnya justru turun karena tidak perlu mengeluarkan biaya besar seperti pembelian tanah/pembangunan jalan. Dengan kenaikan harga barang, dengan uang yang sama takaran/timbangan yang kita terima berkurang/dikurangi!
Meski pemerintah rajin menaikkan gaji pejabat, PNS, Tentara, dan Polri, sayangnya jumlahnya tidak sampai 5% dari jumlah penduduk Indonesia. 80% penduduk Indonesia justru gajinya tidak mengalami kenaikan bahkan banyak yang PHK karena perusahaan tidak mampu lagi membiayai biaya operasional yang makin membengkak. Akibatnya mayoritas rakyat Indonesia bertambah miskin setiap kali terjadi kenaikan harga barang atau pun gaji para pejabat dan PNS karena harga barang juga pasti ikut naik.
Nilai rupiah terus menyusut/berkurang. Jika tahun 1975 1 US$ = Rp 415 dan 1 Yen = Rp 1,5, sekarang 1 US$=Rp 9.500 dan 1 Yen = Rp 114. Artinya nilai rupiah terus menurun dan tidak ada harganya. Rakyat Indonesia bertambah miskin karena kenaikan penghasilan tidak setara dengan penurunan nilai rupiah.
Akibatnya mayoritas rakyat tidak mampu membangun rumah di tempat yang aman dan tahan gempa atau bencana lainnya. Kefakiran (kemiskinan) dekat dengan kekufuran, begitu kata Nabi. Kemiskinan yang merajalela akhirnya membuat angka kejahatan (penculikan, perampokan, korupsi, pembunuhan) naik. Gangguan Jiwa dan angka bunuh diri juga meningkat akibat kesulitan ekonomi. Setiap ada pembagian zakat yang dulu biasanya aman, kini sering ricuh dan menimbulkan korban jiwa akibat banyaknya fakir miskin yang berebut. Angka perceraian karena masalah ekonomi juga meningkat. 11,5 juta penduduk Indonesia menderita kelaparan (kurang gizi/busung lapar). Di Yahukimo Papua, 92 orang tewas pada periode Januari-September 2009! Itu semua adalah kerusakan masyarakat yang terjadi akibat ketamakan pihak pengusaha yang berkolaborasi dengan penguasa.
“Dan bila dikatakan kepada mereka:”Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.”
Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. [Al Baqarah 11-12]
Mudah-mudahan dengan tulisan ini kita semua sadar dan berhenti berbuat kerusakan yang tidak kita sadari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar